Friday 16 October 2015

Makalah Etika dalam Pengambilan Keputusan


MAKALAH
ETIKA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN



SRI NURMALA SARI
E21113725

ADMINISTRASI NEGARA KONSENTRASI MANAJEMEN KEARSIPAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini selesai. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Administrasi Negara mengenai  Etika dalam Pengambilan Keputusan.
Terselesaikannya makalah ini bukan karena usaha penulis sendiri, semua tidak terlepas dari uluran tangan yang diberikan oleh berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait.  
Penulis menyadari amatlah terbatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis untuk menciptakan karya tanpa cela. Tentulah masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan, hargai dan akan diterima dengan kerendahan hati, agar menjadi koreksi pada penulis, sehingga kelak penulis mampu menghasilkan sebuah karya yang jauh lebih baik dan penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Makassar,      Oktober 2015

Penulis
Sri Nurmala Sari


DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2         Rumusan Masalah........................................................................................ 1
1.3         Tujuan Penulisan.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1         Etika dan Pengambilan Keputusan......................................................... .... 2
2.1.1        Etika................................................................................................. 2
2.1.2        Pengambilan Keputusan................................................................... 4
2.2         Pengaruh Etika dalam Pengambilan Keputusan.....................................      6
BAB III PENUTUP
3.1         Kesimpulan.................................................................................................. 8
3.2         Saran............................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA

 BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Keputusan adalah pilihan yang dibuat dari dua atau lebih pilihan. Pengambilan keputusan biasanya terjadi atas adanya masalah atau pun suatu pilahan tentang kesempatan. Dalam suatu organisasi diperlukan suatu kebijakan dalam pengambilan keputusan yang baik dalam menentukan strategi, sehingga menimbulkan pemikiran tentang cara-cara baru untuk melanjutkannya.
Proses pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola komunikasi manusia sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur organisasi. Tidak ada pembahasan kontemporer pengambilan keputusan akan lengkap tanpa dimasukkannya etika. Mengapa? Karena pertimbangan etis seharusnya merupakan suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan.
1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalahnya adalah apa dan bagaimana pengambilan keputusan yang beretika?
1.3    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalahnya, maka tujuan penulisannya adalah mengetahui pengambilan keputusan yang beretika.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Etika dan Pengambilan Keputusan
Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya.
2.1.1    Etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani yaiutu “ethos” yang berarti watak atau kebiasaan. Dalam bahasa sehari-hari kita sering kita sering menyebutnya etiket yang berarti cara bergaul atau berperilaku yang baik yang sering juga disebut sebagai sopan-santun. Istilah etika banyak dikembangkan dalam organisasi sebagai norma-norma yang mengatur dan mengukur perilaku professional seseorang.
Secara lengkap etika diartikan sebagai nilai-nilai normatif atau pola perilaku seseorang atau badan/lembaga/organisasi sebagai suatu bentuk yang dapat diterima umum dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan dalam konteks lain secara luas dinyatakan bahwa etika adalah aplikasi dari proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan yang sebenarnya.
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia
Memilih tanggapan etika yang terbaik dan mengimplementasikannya. Pilihan tersebut harus konsisten dengan tujuan budaya, dan sistem nilai perusahaan serta keputusan individu. Oleh karena itu ada tiga tipe manajer dilihat dari sudut etikanya :
1.         Manajemen Tidak Bermoral
Manajemen tidak bermoral didorong oleh kepentingan dirinya sendiri, demi keuntungan sendiri atau perusahaan. Kekuatan yang menggerakan manajemen immoral adalah kerakusan/ketamakan yaitu berupa prestasi organisasi atau keberhasilan personal

.
2.         Manajemen Amoral
Tujuan utamanya adalah laba, akan tetapi tindakannya berbeda dengan manajemen immoral. Yang membedakannya yaitu mereka tidak dengan sengaja melanggar hukum atau norma etika. Yang terjadi pada manajemen amoral adalah bebas kendali dalam pengambilan keputusan, artinya mereka tidak mempertimbangkan etika dalam mengambil keputusan.
3.         Manajemen Bermoral
Bertujuan untuk meraih keberhasilan, tetapi menggunakan aspek legal dan prinsip – prinsip etika. Filosofi manajer bermoral selalu melihat hukum sebagai standar minimum untuk beretika dalam perilaku.
2.1.2    Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau tindakan. Ada baiknya sebelum anda mengambil keputusan mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini :
1.      Autonomy
Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda melakukan eksploitasi terhadap orang lain dan mempengaruhi kebebasan mereka? Setiap keputusan yang anda ambil tentunya akan mempengaruhi banyak orang. Oleh karena itu, anda perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan keputusan anda.
2.      Non-malfeasance
Apakah keputusan anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan, nyaris setiap peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai bagi pihak lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada umumnya, dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain.
3.      Beneficence
Apakah keputusan yang anda ambil benar-benar membawa manfaat? Manfaat yang anda ambil melalui keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi terbaik yang bisa diambil.
4.      Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan dan termasuk implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang sempurna, namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal. Dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar.
5.      Fidelity
Fidelity berkaitan dengan kesesuaian keputusan dengan definisi peran yang kita mainkan. Seringkali ini melibatkan ‘looking at the bigger picture’ atau melihat secara keseluruhan dan memahami peran anda dengan baik.
2.2    Pengaruh Etika dalam Pengambilan Keputusan
Etika merupakan pertimbangan etis yang seharusnya suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan organisasional. Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan yang etis, yaitu:
1.      Utilitarian, Keputusan-keputusan yang diamabil semata-mata atas dasar hasil atau konsekuensi mereka. Tujuannya adalah memberikan kebaikan yang terbesar untuk jumlah yang terbesar. Pandangan ini cenderung mendominasi pengambilan keputusan bisnis, seperti efisiensi, prokduktifitas dan laba yang tinggi.
2.      Universalisme (duty), Ini menekankan pada baik buruk nya perilaku tergantung pada niat (intention) dari keputusan atau perilaku. Paham ini adalah kebalikan (contrast) dari utilitarianisme. Berdasarkan prinsip Immanuel Kant (categorical imperative), paham ini mempunyai dua prinsip. Pertama, seseorang seharusnya memilih suatu perbuatan. Kedua, orang - orang lain harus diperlakukan sebagai akhir (tujuan), bukan sekedar alat untuk mencapai tujuan.
3.      Penekanan pada hak, Kriteria ini memberikan kesempatan kepada individu untuk mengambil keputusan yang konsisten dengan kebebasandan keistimewaan mendasr seperti dikemukakan dalam dokumen - dokumen (contoh Piagam Hak Asasi). Suatu tekanan pada hak dalam pengambilan keputusan berarti menghormati dan melindungi hak dasar dari individu.
4.      Penekanan pada keadilan, Ini mensyaratkan individu untuk menegakan dan memperkuat aturan - aturan yang adil dan tidak berat sebelah sehingga ada pembagian manfaat dan biaya yang pantas. Keadilan distributif, perilaku didasarkan pada satu nilai: keadilan.
5.      Relativisme (self-interest), Ini menekankan bahwa baik buruknya perilaku manusia didasarkan pada kepentingan atau kebutuhan pribadi (self-interest and needs). Dengan demikian, setiap individu akan mempunyai kriteria moral yang berbeda dengan individu lainnya, atau akan terjadi perbedaan kriteria moral dari satu kultur ke kultur lainnya.
Langkah-langkah untuk mengambil keputusan yang beretika yaitu:
1.      Mengidentifikasi fakta dan seluruh kelompok pemangku kepentingan serta kepentingannya yang terpengaruh.
2.      Merangking pemangku kepentingan dan kepentingannya, mengidentifikasi yang terpenting dan memberikan bobot terhadapnya lebih dari isu yang lain dalam analisis.
3.      Menilai dampak tindakan yang ditawarkan pada masing-masing kepentingan kelompok pemangku kepentingan dengan memperhatikan keberadaan mereka, perlakuan adil, dan hak lainnya, termasuk harapan kebajikan, menggunakan kerangka kerja pertanyaan secara menyeluruh dan meyakinkan bahwa perangkap umum yang dibicarakan kemudian tidak masuk dalam analisis.

                                                                                            


BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya. Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan yang etis, yaitu utilitarian, universalisme (duty), penekanan pada hak, penekanan pada keadilan, dan relativisme (self-interest).
3.2    Saran
Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin dihadapkan pada dilema etika dan moral. Agar keputusan yang diambil mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya, maka diperlukan pemimpin yang mempunyai integritas yang menjunjung tinggi moral dan etika.




DAFTAR PUSTAKA
Dr. Hj Syahribulan, M.Si, Dr. Hj. Hasniati, M.Si, Drs. Nurdin Nara, M.Si, Dr. Atta Irene Allorante, M.Si, Dra. Hj. Khalawatiah, MA. 2013. Modul Mata Kuliah Etika Administrasi Negara. Makassar. Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIPOL Universitas Hasanuddin
Bulanbalun.(2014)pengertianetikaetikaetimologiberasal.http://bulanbalun.blogspot.co.id/2014/03/pengertianetika-etika-etimologi-berasal.html, 09 Oktober 2015
Az17bersama.(2013).etikapengambilankeputusan.http://az17bersama.blogspot.co.id/2013/04/etika-pengambilan-keputusan.html, 09 Oktober 2015
Darmawatimks.(2012).pengambilankeputusan.http://darmawatimks.blogspot.co.id/2012/01/pengambilan-keputusan.html, 09 Oktober 2015
Juprilumbantoruan.(2013).pendekatandalampengambilankeputusan.http://juprilumbantoruan.blogspot.co.id/2013/10/pendekatan-dalam-pengambilan-keputusan.html. 09 Oktober 2015



No comments:

Post a Comment