MAKALAH
ETIKA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
SRI NURMALA SARI
E21113725
ADMINISTRASI
NEGARA KONSENTRASI MANAJEMEN KEARSIPAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini
selesai. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika
Administrasi Negara mengenai Etika dalam
Pengambilan Keputusan.
Terselesaikannya makalah ini bukan
karena usaha penulis sendiri, semua tidak terlepas dari uluran tangan yang
diberikan oleh berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait.
Penulis menyadari amatlah terbatas pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki penulis untuk menciptakan karya tanpa cela. Tentulah masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karna itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak sangat penulis harapkan, hargai dan akan diterima dengan
kerendahan hati, agar menjadi koreksi pada penulis, sehingga kelak penulis
mampu menghasilkan sebuah karya yang jauh lebih baik dan penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Makassar, Oktober 2015
Penulis
Sri
Nurmala Sari
DAFTAR ISI
Hal
Kata
Pengantar......................................................................................................
i
Daftar
Isi............................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.............................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah........................................................................................
1
1.3
Tujuan Penulisan..........................................................................................
1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Etika dan Pengambilan Keputusan......................................................... .... 2
2.1.1
Etika.................................................................................................
2
2.1.2
Pengambilan Keputusan...................................................................
4
2.2
Pengaruh Etika dalam Pengambilan
Keputusan.....................................
6
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan..................................................................................................
8
3.2
Saran............................................................................................................
8
DAFTAR
PUSTAKA
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Keputusan adalah pilihan yang dibuat dari dua
atau lebih pilihan. Pengambilan keputusan biasanya terjadi atas adanya masalah
atau pun suatu pilahan tentang kesempatan. Dalam suatu organisasi diperlukan
suatu kebijakan dalam pengambilan keputusan yang baik dalam menentukan
strategi, sehingga menimbulkan pemikiran tentang cara-cara baru untuk
melanjutkannya.
Proses
pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola komunikasi manusia
sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur organisasi. Tidak
ada pembahasan kontemporer pengambilan keputusan akan lengkap tanpa
dimasukkannya etika. Mengapa? Karena pertimbangan etis seharusnya merupakan
suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalahnya adalah apa dan bagaimana
pengambilan keputusan yang beretika?
1.3 Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalahnya, maka tujuan penulisannya adalah mengetahui
pengambilan keputusan yang beretika.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Etika
dan Pengambilan Keputusan
Seorang
pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan moral.
Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang
lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi
nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak
hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak
termasuk lingkungannya.
2.1.1 Etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani
yaiutu “ethos” yang berarti watak atau kebiasaan. Dalam bahasa sehari-hari kita
sering kita sering menyebutnya etiket yang berarti cara bergaul atau
berperilaku yang baik yang sering juga disebut sebagai sopan-santun. Istilah
etika banyak dikembangkan dalam organisasi sebagai norma-norma yang mengatur dan
mengukur perilaku professional seseorang.
Secara lengkap etika diartikan sebagai
nilai-nilai normatif atau pola perilaku seseorang atau badan/lembaga/organisasi
sebagai suatu bentuk yang dapat diterima umum dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan dalam konteks lain secara luas dinyatakan bahwa etika
adalah aplikasi dari proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan yang
sebenarnya.
Etika
dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat
spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena
pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk
itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat
dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis
dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai
suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda
dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki
sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk
terhadap perbuatan manusia
Memilih
tanggapan etika yang terbaik dan mengimplementasikannya. Pilihan tersebut harus
konsisten dengan tujuan budaya, dan sistem nilai perusahaan serta keputusan
individu. Oleh karena itu ada
tiga tipe manajer dilihat dari sudut etikanya :
1.
Manajemen
Tidak Bermoral
Manajemen tidak bermoral didorong oleh kepentingan dirinya sendiri, demi
keuntungan sendiri atau perusahaan. Kekuatan yang menggerakan manajemen immoral
adalah kerakusan/ketamakan yaitu berupa prestasi organisasi atau keberhasilan
personal
.
2.
Manajemen
Amoral
Tujuan utamanya adalah laba, akan tetapi tindakannya berbeda dengan
manajemen immoral. Yang membedakannya yaitu mereka tidak dengan sengaja
melanggar hukum atau norma etika. Yang terjadi pada manajemen amoral adalah
bebas kendali dalam pengambilan keputusan, artinya mereka tidak
mempertimbangkan etika dalam mengambil keputusan.
3.
Manajemen
Bermoral
Bertujuan untuk meraih keberhasilan, tetapi menggunakan aspek legal dan
prinsip – prinsip etika. Filosofi manajer bermoral selalu melihat hukum sebagai
standar minimum untuk beretika dalam perilaku.
2.1.2 Pengambilan
Keputusan
Pengambilan
keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari
proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu
jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap
proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Keputusan
dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau tindakan.
Ada baiknya sebelum anda mengambil keputusan mengacu pada prinsip-prinsip
berikut ini :
1.
Autonomy
Isu ini berkaitan dengan
apakah keputusan anda melakukan eksploitasi terhadap orang lain dan
mempengaruhi kebebasan mereka? Setiap keputusan yang anda ambil tentunya akan
mempengaruhi banyak orang. Oleh karena itu, anda perlu mempertimbangkan faktor
ini ke dalam setiap proses pengambilan keputusan anda.
2.
Non-malfeasance
Apakah keputusan anda akan
mencederai pihak lain? Di kepemerintahan, nyaris setiap peraturan tentunya akan
menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai bagi pihak lain. Begitu
pula halnya dengan keputusan bisnis pada umumnya, dimana tentunya menguntungkan
bagi beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain.
3.
Beneficence
Apakah keputusan yang anda ambil benar-benar membawa manfaat? Manfaat yang anda ambil melalui keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi terbaik yang bisa diambil.
Apakah keputusan yang anda ambil benar-benar membawa manfaat? Manfaat yang anda ambil melalui keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi terbaik yang bisa diambil.
4.
Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan dan termasuk implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang sempurna, namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal. Dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar.
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan dan termasuk implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang sempurna, namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal. Dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar.
5.
Fidelity
Fidelity berkaitan dengan kesesuaian keputusan dengan definisi peran yang kita mainkan. Seringkali ini melibatkan ‘looking at the bigger picture’ atau melihat secara keseluruhan dan memahami peran anda dengan baik.
Fidelity berkaitan dengan kesesuaian keputusan dengan definisi peran yang kita mainkan. Seringkali ini melibatkan ‘looking at the bigger picture’ atau melihat secara keseluruhan dan memahami peran anda dengan baik.
2.2 Pengaruh
Etika dalam Pengambilan Keputusan
Etika merupakan pertimbangan etis yang seharusnya suatu
kriteria yang penting dalam
pengambilan keputusan organisasional. Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan
yang etis, yaitu:
1.
Utilitarian, Keputusan-keputusan yang diamabil semata-mata atas
dasar hasil atau konsekuensi mereka. Tujuannya adalah memberikan kebaikan yang
terbesar untuk jumlah yang terbesar. Pandangan ini cenderung mendominasi
pengambilan keputusan bisnis, seperti efisiensi, prokduktifitas dan laba yang
tinggi.
2.
Universalisme (duty), Ini menekankan pada baik buruk nya perilaku
tergantung pada niat (intention) dari keputusan atau perilaku. Paham ini adalah
kebalikan (contrast) dari utilitarianisme. Berdasarkan prinsip Immanuel Kant
(categorical imperative), paham ini mempunyai dua prinsip. Pertama, seseorang
seharusnya memilih suatu perbuatan. Kedua, orang - orang lain harus
diperlakukan sebagai akhir (tujuan), bukan sekedar alat untuk mencapai tujuan.
3.
Penekanan pada hak, Kriteria ini memberikan kesempatan kepada
individu untuk mengambil keputusan yang konsisten dengan kebebasandan
keistimewaan mendasr seperti dikemukakan dalam dokumen - dokumen (contoh Piagam
Hak Asasi). Suatu tekanan pada hak dalam pengambilan keputusan berarti
menghormati dan melindungi hak dasar dari individu.
4.
Penekanan pada keadilan, Ini mensyaratkan individu untuk menegakan
dan memperkuat aturan - aturan yang adil dan tidak berat sebelah sehingga ada
pembagian manfaat dan biaya yang pantas. Keadilan distributif, perilaku
didasarkan pada satu nilai: keadilan.
5.
Relativisme (self-interest), Ini menekankan bahwa baik buruknya perilaku
manusia didasarkan pada kepentingan atau kebutuhan pribadi (self-interest and
needs). Dengan demikian, setiap individu akan mempunyai kriteria moral yang
berbeda dengan individu lainnya, atau akan terjadi perbedaan kriteria moral
dari satu kultur ke kultur lainnya.
Langkah-langkah untuk mengambil keputusan
yang beretika yaitu:
1.
Mengidentifikasi
fakta dan seluruh kelompok pemangku kepentingan serta kepentingannya yang
terpengaruh.
2.
Merangking
pemangku kepentingan dan kepentingannya, mengidentifikasi yang terpenting dan
memberikan bobot terhadapnya lebih dari isu yang lain dalam analisis.
3.
Menilai
dampak tindakan yang ditawarkan pada masing-masing kepentingan kelompok
pemangku kepentingan dengan memperhatikan keberadaan mereka, perlakuan adil,
dan hak lainnya, termasuk harapan kebajikan, menggunakan kerangka kerja
pertanyaan secara menyeluruh dan meyakinkan bahwa perangkap umum yang
dibicarakan kemudian tidak masuk dalam analisis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keputusan
yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain.
Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai
moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya
pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk
lingkungannya. Ada
lima kriteria dalam mengambil keputusan yang etis, yaitu utilitarian,
universalisme (duty), penekanan pada hak, penekanan pada keadilan, dan
relativisme (self-interest).
3.2 Saran
Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin
dihadapkan pada dilema etika dan moral. Agar keputusan yang diambil mengacu
tidak hanya pada kepentingannya sendri, melainkan juga kepentingan orang banyak
termasuk lingkungannya, maka diperlukan pemimpin yang mempunyai integritas yang
menjunjung tinggi moral dan etika.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.
Hj Syahribulan, M.Si, Dr. Hj. Hasniati, M.Si, Drs. Nurdin Nara, M.Si, Dr. Atta
Irene Allorante, M.Si, Dra. Hj. Khalawatiah, MA. 2013. Modul Mata Kuliah Etika
Administrasi Negara. Makassar. Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIPOL
Universitas Hasanuddin
Bulanbalun.(2014)pengertianetikaetikaetimologiberasal.http://bulanbalun.blogspot.co.id/2014/03/pengertianetika-etika-etimologi-berasal.html,
09 Oktober 2015
Az17bersama.(2013).etikapengambilankeputusan.http://az17bersama.blogspot.co.id/2013/04/etika-pengambilan-keputusan.html,
09 Oktober 2015
Darmawatimks.(2012).pengambilankeputusan.http://darmawatimks.blogspot.co.id/2012/01/pengambilan-keputusan.html,
09 Oktober 2015
Juprilumbantoruan.(2013).pendekatandalampengambilankeputusan.http://juprilumbantoruan.blogspot.co.id/2013/10/pendekatan-dalam-pengambilan-keputusan.html.
09 Oktober 2015
No comments:
Post a Comment